Tidak ada namanya sukses hanya karena berjuang sendiri-sendiri, yg ada adalah kesuksesan yang diraih bersama-sama! Untuk mencapai pemulihan ekonomi, perlu KOLABORASI pentahelix yg melibatkan semua pihak, yg akan memberikan kesempatan kesetaraan terhadap peluang lapangan kerja. pic.twitter.com/4yINRdpVmP
— Sandiaga Salahuddin Uno (@sandiuno) November 19, 2021
"Indonesia terkenal sebagai jalur rempah sejak zaman dahulu kala. Rempah-rempah ini yang mendorong bangsa-bangsa Eropa berlomba-lomba datang ke Indonesia dulu," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salabudin Uno dalam webiner "Pengaruh Gastrodiplomasi terhadap Nation Branding Indonesia" yang digelar Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional (HIMAHI) FISIPOL Universitas Kristen Indonesia pada Jumat (19/11/2021).
Meskipun terkenal dengan rempah, namun makanan Indonesia belum terlalu dikenal di dunia. Karena itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif meluncurkan Indonesia Spice Up The World (ISUTW).
Program kolosal berkonsep Indonesia incorporated ini dimulai sejak 2015 dan berlangsung hingga tahun 2024.
"Spice Up The World ini bertujuan meningkatkan nilai ekspor bumbu dan rempah-rempah sehingga bisa mencapai 2 miliar Dolar Amerika Serikat (AS)," paparnya.
Program ini melibatkan banyak pihak, termasuk pemerintah pusat serta daerah, pengusaha, akademisi, komunitas, dan media.
"Program ini butuh dukungan generasi muda seperti mahasiswa UKI," ungkap Sandiaga.
Sandiaga memuji HIMAHI karena telah menggelar webinar ini. Pasalnya, gastrodiplomasi ini masih kurang maksimal selama ini.
"Gastrodiplomasi ini sangat penting karena melalui makanan kita bisa membuka percakapan. Dari situ akan menarik orang datang ke Indonesia sehingga membuka peluang investasi," tutur politisi Partai Gerindra ini.
Dia menambahkan ISUTW ini merupakan program nasional untuk mendorong hadirnya kuliner Indonesia di mancanegara.
"Program ini juga menargetkan adanya 4.000 restoran Indonesia di luar negeri. Kami yakin ini bisa karena kita akan berkolaborasi bukan hanya kementerian tapi dengan diaspora juga,” paparnya.
Dalam program ini, pemerintah Indonesia mempromosikan 5 makanan yaitu rendang, nasi goreng, sate, soto, gado-gado, serta bumbu pendukung lainnya, yakni kecap manis dan kacang tanah.
Sedangkan, rempah prioritas ekspor adalah lada, pala, cengkeh, jahe, kayu manis, dan vanila.
"Mari kita kolaborasi saling mendukung untuk membangkitkan pariwisata Indonesia melalui gastronomi," ajak Sandiaga.
Selain Menparekraf Sandiaga Uno, webinar ini menghadirkan Darynaufal Mulyaman, Dosen Hubungan Internasional UKI, dan Wida Winarno,Co-Founder Tempe Movement, sebagai pembicara.
Darynaufal mengatakan Gastrodiplomasi sebenarnya merupakan sarana untuk diplomasi publik yang didalamnya mencakup diplomasi kuliner.
"Gastrodiplomasi bisa dilakukan negara, perusahaan atau perorangan, baik secara formal maupun informal," jelasnya.
Menurut dia, beberapa negara telah sukses melakukan gastrodiplomasi ini seperti Korea, Thailand, Taiwan, dan beberapa negara lainnya.
"Indonesia sebenarnya kaya dengan kuliner. Selain 5 makanan yang dipromosikan Kemenparekraf, Indonesia juga punya Tolak Angin, Indomie, Teh Botol Sosro, dan Kopiko yang cukup dikenal di mancanegara," tuturnya.
Dia berharap pemerintah serius melakukan gastrodiplomasi ini untuk bisa meningkatkan pendapatan negara.
"Pemerintah harus konsisten dalam pemasaran dan mengemasnya dalam bingkai budaya agar lebih mudah diterima di mancanegara," pungkas Darynaufal.[...]
